Mengenai Saya

Foto saya
Febrina Dwi Puspitasari yang biasa disapa febri/vhe...putri ke 2 dari 2 bersaudara...asli dr Solo yang sekarang sedang belajar banyak hal tentang kehidupan di Yogyakarta....

Senin, 30 Juli 2012

Di puncak mercusuar kami melepas penat ^^ (repost)


Note ini ku tulis setelah tadi siang aku bersama teman bolangku Nurul Hidayati benar-benar membolangkan diri...

Berawal dari banyak hal yang datang bertubi-tubi di bulan ini,baik dari amanah akademik maupun amanah yang lain.. ditambah lagi nasib amanah - amanah kedepan yang susah utk disinkronkan..(menurut ku..)..semua itu secara perlahan menaikkan grafik kejenuhan yang ada padaku..
Dan munculah sebuah ide untuk rihlah bareng yang awalnya kami rencanakan dihari selasa kemarin dengan tujuan salah 1 pantai d gunung kidul..tp manusia hanya bisa berencana..tapi Allah lah yang menentukan…rencana hari itu gagal karena beberapa hal.
Kami pun mereschedule rencana rihlah menjadi hari ini..alhamdulillah Allah meng-acc nya..^_^
Setelah mendapat beberapa referensi tempat tujuan,akhirnya kami menetapkan pilihan untuk pergi ke pantai Pandansari... Dan perjalanan pun dimulai dari jam 10..dengan berbekal sms ancer-ancer…dengan PDnya kamipun berangkat..
Ancer – ancer  pertama (masjid agung Bantul) pun kami dapati dengan mudah…
ancer - ancer kedua (jembatan merah & plang pantai pandansari) cukup membuat perjalanan menjadi lama..karena dalam bayangan kami :
1. jaraknya tidak terlalu jauh dari ancer - ancer pertama
2. jembatan yg dmaksud adalah jembatan yang besar
3. plang yang dimaksud adalah plang yang gede warna hijau
tapi ternyata...salah semua, tak seperti yang dibayangkan -.-" setelah akhirnya ketemu sama jembatan merah, kami menyusuri jalan untuk menuju ancer - ancer ketiga (perempatan)..
Setelah melewati jalan yang berkelok - kelok, yang kami dapati hanya pertigaan saja.. ndak ada perempataan.. sampai pada akhirnya kami malah sampai di pos masuk pantai Kwaru.. (lhah..kok..malah kwaru..@.@) kami pun bertanya pada bapak penjaga pos..dan kata si bapak, "wah, nek pandansari musti puter balik mbak,sekitar 10km ikutin marka jalan..ntar ada plangnya kok.." (glodak..appa?puter balik 10km?ngek ngok..-.-") sambil cekikikan di jalan, kami pun kembali menyusuri jalan tadi... alhamdulillah ketemulah plang bertuliskan "PANDANSARI"..
Ternyata perempatannya ituuu…bkn perempatan biasa..(cz ada 1 jalan yang hampir mirip jalan setapak) ditambah lagi tulisan pandansari ada dipapan yang hampir bulukan & sebagian tertutup pilox…weleh2.. -.-" akhirnya kamipun sampai di pantai Pandansari.. (yang ternyata gak sampe 10km..-.-")
Sesampainya disana…setelah sejenak menikmati berjalan & f*** di tepi pantai, kami menuju mercusuar & langsung naik ke puncak (dengan terengah-engah tentunya).. ternyata di atas sedang ada 2 sejoli yang menikmati pemandangan...dan kamipun sepertinya (sengaja) membuat mereka terganggu…hihihi…ditambah lagi nurul yang pake minta mbaknya buat potoin kami… Selama kurang lebih 15menit kami duduk di tepi pembatas mercusuar.. (dengan sandal dilepas).. setelah dirasa cukup fresh dengan melihat view yang cantiknya subhanallah.. kami memutuskan untuk turun.. setelah aku memakai sandal coklatku, nurul masih celingak celinguk.. ternyata sandal putihnya raib secara MISTERIUS..wkwkwk..diliat ke bawah..ndak ad..kmanaaa ni sendal..
Alhasil nurul pun turun tanpa sendal putihnya..sampai diparkiran kami baru inget kalo aku membawa sepatu juga..(maklum..dr kmpus..) akhirnya sandal ku dipake nurul.. Ditengah jalan menuju masjid agung Bantul untuk sholat dzuhur, hujan pun turun..hoho..dipantai ndak maen basah – basahan... dijalan tetep basah..^^ hbs sholat, next: makan..siang tadi kami memesan 2 porsi soto & 1 porsi mie ayam..(wow..)
Time to go home.. Menuju janti (untuk melanjutkan perjalanan ke solo).. ditengah perjalanan, nurul tiba-tiba berteriak histeris, minta berhenti.. ternyata dia melihat penjual sandal dan mau membeli ...huft... Dan ternyata itu bukan akhir dari keanehan perjalanan kami.. ketika hampir sampai jalan solo,sandal baru nurul kesenggol kaki ku, dan seketika jatuh.. reflek dia nepuk punggung ku.. dan kau langsung berhenti.. alhasil….piiiimmm..kami pun mendapat hadiah klakson dari taksi yang di belakang kami..akhirnya aku kepinggir sambil liat nurul yang cengar cengir ambil sandal..alhamdulillah sampai di janti dengan selamat dan sampai solo juga dengan utuh..wkwkwk…yang terpenting adalah.. merasa lebih fresh setelah kejadian – kejadian  tadi…^^
Well...dari perjalanan hari ini ada 1 hal yang sama - sama kami dapat.. yaitu: terkadang kita memang perlu sejenak keluar dari rutinitas.. untuk menghirup udara dari luar...bukan bermaksud lari dari amanah… tapi untuk mencoba menaikkan kembali grafik semangat, agar lebih fresh dalam bergerak ke depan… sebelum benar - benar sampai di titik jenuh & benar - benar jatuh..^^ coba liat deh balon… balon gak bisa kan ya diisi udara berlebihan... kalo sudah gak muat, ya udara yang di dalam dikurangi… biar itu balon ndak meletus...(ini menurut ku..) jadi… rihlah atau rehat sejenak itu perlu... jangan sampai kita terus – terusan memberi beban,tanpa memikirkan fisik/psikologis.. (berlaku untuk diri pribadi atau untuk adik – adik kita..)



Solo,13 Januari 2011,23:20 ^.^

Tarbiyah??? How Can???


Menceritakan pengalaman seorang Febrina Dwi Puspitasari atau yang sering disapa “vhe” ini mengenal tarbiyah rasanya tidak akan lengkap tanpa menceritakan pula kondisinya sebelum masuk kuliah..

Dulu…jauh sebelum mengenal kata Tarbiyah…
Dibesarkan di keluarga yang kurang islami membuat kehidupan agamanya biasa – biasa saja sejak kecil. Aktivitas agama yang rutin hanya TPA, selebihnya tidak ada. Kondisi ini “diperparah” dengan lingkungan bermain yang ketika itu memang mayoritas laki – laki, menjadikan Vhe kecil tumbuh menjadi sosok gadis kecil yang sangat tomboy dan sangat galak. Sejak duduk di bangku TK,  sudah sering terjadi baku hantam antara dia dan anak laki-laki yang biasanya terjadi karena anak laki – laki itu menjahili temannya yang perempuan.
Namun, ketomboyan dan kegalakan itu perlahan mulai berkurang. Saat  duduk di bangku kelas 3 SMP, bertepatan dengan kakaknya (yang sebelumnya sangat aktif ikut organisasi di kampung) diterima kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Vhe memutuskan untuk mengambil bagian menjadi guru TPA di masjid di dekat rumahnya. Tak hanya itu, akhirnya dia pun memutuskan untuk mengikuti remaja masjid dan karang taruna yang ada di kampungnya. Awalnya, dia memang ikut hanya karena wejangan dari orang tuanya untuk menggantikan kakaknya yang sudah tidak bisa aktif lagi, tapi ternyata dia begitu menikmati perannya saat itu.
Bertepatan dengan bergabungnya dia di remaja masjid, ternyata saat itu ada program baru, yaitu kajian makalah rutin sepekan sekali  yang dipandu oleh seorang ustad yang dokter. Kajian rutin inilah yang nantinya membuat Vhe sangat bersemangat untuk berjilbab, yang kemudian membuatnya melakukan perjuangan keras untuk pertama kalinya.
Perjuangan keras?
Ya…karena tak mudah baginya saat itu mendapat izin dari ayahnya untuk mengenakan jilbab. Alasannya adalah ayahnya tak yakin bahwa putrinya yang baru beranjak remaja itu bisa konsisten dengan keputusannya. Beliau khawatir putrinya akan “plin-plan” dan akhirnya melepas jilbab setelah tak lagi bersemangat. Selain itu, kekhawatiran lain timbul karena beliau mendapat cerita kurang mengenakkan tentang Rohis SMA yang akan menjadi tempat bersekolah putri bungsunya. Jaman dahulu kala, memang Rohis di SMA tempat Vhe bersekolah ini terkenal sangat “strick”. Dari berita yang beredar, tak sedikit siswa anggota Rohis yang pada akhirnya lebih mendengarkan kata “guru ngaji” nya dibandingkan kata orangtuanya. Berdasar itulah, sang ayah melarang keras putrinya yang menurut beliau masih labil itu untuk memakai jilbab saat SMA,dan beliau baru akan mengizinkan ketika putrinya sudah memasuki dunia perkuliahan.
Dengan perjuangan yang cukup melelahkan, karena harus melewati konflik batin dengan ayahnya dalam waktu yang cukup lama, akhirnya saat naik ke bangku kelas 2 SMA, Vhe pun nekat mengenakan jilbab tanpa izin dari ayahnya. Bahkan baju seragam panjang dan jilbab untuk ke sekolah pun ternyata sudah dia siapkan dengan uang hasilnya mengajar les privat. Meskipun tanpa melalui dialog dengan ayahnya, kenekatannya kali ini sudah mendapat izin dari sang ibu, dengan syarat dia tidak boleh mengikuti aktivitas organisasi apapun di sekolah.
Yah…alhasil, masa 3 tahun di SMA, Vhe habiskan tanpa mengikuti satu pun organisasi. Jadi, di sekolahnya saat itu dia hanyalah seorang murid biasa, yang hanya di kenal oleh teman sekelas dan beberapa teman dari kelas lain. Meskipun di sekolah dia bukan seseorang yang aktif di organisasi, berbeda sekali ketika di rumah. Hampir seluruh waktunya setelah pulang dari sekolah dia habiskan untuk mengurus berbagai kegiatan di TPA, Remaja Masjid, dan Karang Taruna. Kegiatan – kegiatan inilah yang nantinya menjadi salah satu motivasinya berkarya ketika di bangku kuliah.

Dulu…awal bersentuhan dengan Tarbiyah…
Dulu ketika SMA, Vhe memimpikan kuliah di jurusan Psikologi UNDIP, namun akhirnya takdir membuatnya “terdampar” di jurusan Gizi Kesehatan UGM.
Yah…di jurusan inilah, dia mulai mengenal tarbiyah, penampilannya ketika itu yang sudah cukup “rapi” dan karakternya yang cukup supel membuatnya mudah dekat dengan beberapa orang temannya yang sudah mengenal tarbiyah jauh sebelum masuk ke dunia perkuliahan. Selain dengan teman sejurusan, Vhe ketika itu juga sangat mudah dekat dengan beberapa kakak angkatan, “mbak – mbak jilbaber” yang begitu ramah dan mempesona, yang ternyata beberapa sudah mengetahui bahwa dia adalah adik dari salah seorang “kader” di fakultas sebelah. Mereka lah yang perlahan tapi pasti mengenalkan Vhe kepada Tarbiyah.
Perjalanan tarbiyah Vhe ini dimulai ketika merasakan asyiknya dibina di forum kecil AAI, yang membuatnya memutuskan untuk melanjutkan pembinaan itu karena merasa kurang jika hanya mengikutinya selama satu semester. Sampai dengan berbagai amanah yang akhirnya dipercayakan kepadanya, semua itu membuat dia begitu menikmati masa – masa berkarya di kampus.
Di awal tahun pertama dia tercatat sebagai staf bidang Kerohanian HIMAGIKA dan staf bidangPSDM KaLAM. Di tahun pertama inilah dengan posisinya sebagai staf di bidang PSDM yang membuat kelak dia begitu mencintai dunia pengembangan sumber daya manusia atau dunia kaderisasi. Memimpikan bisa belajar banyak hal tentang dunia kaderisasi yang kelak bisa dia gunakan untuk mengembangkan organisasi yang dulu dia tekuni, itulah salah satu alasan kuat kenapa dia memilih masuk ke bidang PSDM.
Di dua tahun pertama perkuliahan, Vhe belum mengenal dengan baik, apa sebenarnya Tarbiyah itu. Bahkan ketika dia menjadi seorang Kabid PSDM KaLAM. Berbagai “alur” dia jalani, bukan dengan tidak sadar, bahkan dia sangat sadar bahwa dia sedang mengikuti “alur”. Tak jarang dia bertanya kepada kakaknya tentang hal – hal yang menurutnya janggal. Namun, tak jarang dia dapatkan jawaban, “nanti kalo sudah waktunya, pasti kamu  bakal tau”. Jika sudah mendapatkan jawaban itu, Vhe hanya bisa pasrah, dan karena salah satu sifatnya yang mudah penasaran, akhirnya dia tetap melanjutkan “alur” yang dia jalani.
Ya..Vhe memang adik seorang kader senior UGM, namun kakaknya sama sekali tidak memberikan intervensi apapun dalam proses Tarbiyahnya. Menjadi adik seorang kader senior bukan berarti bisa tau banyak hal, karena kakaknya hanya memantau dan memastikan adiknya melalui proses Tarbiyah yang alami, bukan “karbitan” karena kakaknya yang sudah tau banyak hal. Bahkan pernah kakaknya membiarkan Vhe mengikuti agenda yang diselenggarakan oleh salah satu gerakan di kampus, walaupun dengan senyum – senyum yang agak aneh. Ternyata setelah selesai dari agenda tersebut, Vhe kaget dan malas mengikuti program lanjutannya. Bahkan dia menjadi sangat kapok setelah selalu mendapat sms ajakan yang setengah “memaksa” di tiap pekannya.
Kata – kata khas dari kakaknya itulah yang akhirnya membuat setiap kali Vhe mendapatkan undangan atau di ajak ke agenda tertentu, dia selalu berfikir, “yang penting datang dulu saja lah, nanti disana juga bakal tau sebenarnya itu agenda apa”. Inilah yang mungkin membuatnya terkesan begitu “penurut” dibandingkan yang lain. Dan benar saja, memang tidak semua hal harus kita ketahui secara bersamaan. Banyak hal yang harus menunggu waktu yang tepat dulu untuk kita ketahui, karena akan mempunyai dampak yang kurang baik ketika kita mengetahuinya lebih awal.  
          Berbagai amanah yang dia emban, seperti ketika dia diamanahi sebagai Kabid Pembinaan AAI FK UGM menjadikannya semakin lama semakin memahami jalan tarbiyah yang telah dia pilih ini. Puncaknya ketika dia selama 2 periode diamanahi sebagai Sekretaris PKP AAI UGM, amanah yang membuatnya melihat suatu masalah dalam kacamata yang lebih luas daripada biasanya dan  menuntutnya untuk belajar tentang banyak hal.

Sekarang..di tahun kelima mengenal Tarbiyah…
Ya…sampai saat ini Vhe masih ada di dalam barisan orang – orang Tarbiyah.. #declare
Apalagi setelah dia bertemu dengan seorang ummahat yang begitu luar biasa, ummahat yang mengajarkan kepadanya banyak hal…dia berjanji kepada dirinya sendiri untuk terus melakukan perbaikan di dalam bingkai jamaah Tarbiyah..
Kenapa??
Karena tarbiyah telah membuatnya memahami Islam secara utuh…
Karena tarbiyah telah membuatnya berproses menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya..
Karena tarbiyah telah membuatnya merasakan manfaat yang begitu besar dari tarbiyah itu sendiri..
Karena tarbiyah telah membuatnya bersemangat untuk menebar kebaikan..
Dan karena tarbiyah telah mempertemukannya dengan saudara – saudara seperjuangan yang hebat, yang senantiasa saling menyemangati dalam melakukan kebaikan…
Semoga Allah senantiasa memberikan keistiqomahan untuk tetap memperjuangkan dien Nya, hingga jatah untuk hidup di dunia ini habis…


 Blimbingsari CT IV no 69
30 Juli 2012, 13:05

Rabu, 11 Juli 2012

Jadi...Apa salahnya menangis???


"Karna menangis adalah melembutkan hati,ketika beban yang dirasa tak mampu lagi ditampung hati maka tumpahkanlah dengan airmata… "

Beberapa hari belakangan ini, sesak rasanya…ada banyak hal yang ingin ku ungkapkan, tapi tak bisa…
Dan sore ini, ketika aku bertemu dengan 2 orang sahabatku…aku pun akhirnya mampu mengeluarkannya, ya, walaupun tidak semuanya…
Sore tadi awalnya kami akan membicaraan “proyek” kami bertiga, tapi ternyata tak banyak yang bisa kami bahas…
Akhirnya pertanyaan2 tentang kondisi kami masing2 pun muncul…awalnya, aku masih enggan untuk berbagi dengan mereka, karena aku merasa malu…karena aku merasa begitu tertinggal dibandingkan mereka…tapi karena mereka setengah memaksaku untuk mengatakan kondisiku, akhirnya aku pun menceritakan sedikit kondisiku ke mereka berdua…ya…hanya sedikit, dan aku tak berkenan (lebih tepatnya belum siap) membagi sisanya…karena aku nggak mau menangis di depan mereka.. (walaupun saat itu aku sebenarnya sudah hampir menangis)

“Ya Rabb…betapa sulitnya aku meneteskan air mata akhir – akhir ini…hingga sesak rasanya dada ini…”

Sesampainya di kos, aku pun bersegera mengajak adek2 kos untuk sholat bareng…
selesai sholat, saat kembali ke kamar, dan membaca sms dr seorang sahabat yang kutemui sore tadi, entah kenapa, rasa sesak yang akhir2 ini memenuhi dadaku rasanya meledak2…dan akhirnya, tumpahlah air mata yang sedari tadi kutahan…

Parahnya, ketika sudah seperti ini pasti akan susah berhenti…benar saja, melewati sesi tilawah ba’da maghrib, air mataku masih saja mengalir, bahkan semakin deras ketika sahabatku itu mengirimkan beberapa sms yang lain…
Ya…sms2 yang membuatku menyadari banyak hal…sms yang membuatku merasa malu karena belum berjuang maksimal…sms yang….ah sudahlah…dan..sampai Ba’da isya pun, air mataku masih tak kunjung berhenti…dia baru berhenti sesaat sebelum seorang teman datang berkunjung..
Hmm…kapan ya terakhir kali aku menangis se”betah” ini???huft…bahkan aku sdah lupa…

Biarlah...tak apa…
Biarlah aku merasakan betapa nikmatnya menangis…
Hal yang sudah lama tak kurasakan…
Semoga dengan “ritual” menangis ku hari ini, bisa melembutkan hatiku…

 
Ya Rabb…ampuni hamba yang selama ini terlalu larut & terlena dengan segala nikmat yang Kau berikan…
Ya Rabb…aku ingin kembali seperti dulu, menjadi seseorang yang mudah meneteskan  air mata ketika memohon pada Mu…


Yah…bagi seorang muslim menangis merupakan buah kelembutan hati dan pertanda kepekaan jiwanya terhadap berbagai peristiwa yang menimpa dirinya maupun umatnya…
Hanya berharap..semoga Allah berkenan melembutkan hatiku… J

Jadi…apa salahnya menangis???


Teruntuk dua orang sahabat yang kutemui sore tadi…
Sungguh, aku merasa sangat beruntung bisa mengenal kalian…
Tetap ajari aku banyak hal ya…
dan tetap…saling menguatkan…


Blimbingsari, CT IV no 69
11 Juli 2012
22:56