Mengenai Saya

Foto saya
Febrina Dwi Puspitasari yang biasa disapa febri/vhe...putri ke 2 dari 2 bersaudara...asli dr Solo yang sekarang sedang belajar banyak hal tentang kehidupan di Yogyakarta....

Senin, 30 Juli 2012

Tarbiyah??? How Can???


Menceritakan pengalaman seorang Febrina Dwi Puspitasari atau yang sering disapa “vhe” ini mengenal tarbiyah rasanya tidak akan lengkap tanpa menceritakan pula kondisinya sebelum masuk kuliah..

Dulu…jauh sebelum mengenal kata Tarbiyah…
Dibesarkan di keluarga yang kurang islami membuat kehidupan agamanya biasa – biasa saja sejak kecil. Aktivitas agama yang rutin hanya TPA, selebihnya tidak ada. Kondisi ini “diperparah” dengan lingkungan bermain yang ketika itu memang mayoritas laki – laki, menjadikan Vhe kecil tumbuh menjadi sosok gadis kecil yang sangat tomboy dan sangat galak. Sejak duduk di bangku TK,  sudah sering terjadi baku hantam antara dia dan anak laki-laki yang biasanya terjadi karena anak laki – laki itu menjahili temannya yang perempuan.
Namun, ketomboyan dan kegalakan itu perlahan mulai berkurang. Saat  duduk di bangku kelas 3 SMP, bertepatan dengan kakaknya (yang sebelumnya sangat aktif ikut organisasi di kampung) diterima kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Vhe memutuskan untuk mengambil bagian menjadi guru TPA di masjid di dekat rumahnya. Tak hanya itu, akhirnya dia pun memutuskan untuk mengikuti remaja masjid dan karang taruna yang ada di kampungnya. Awalnya, dia memang ikut hanya karena wejangan dari orang tuanya untuk menggantikan kakaknya yang sudah tidak bisa aktif lagi, tapi ternyata dia begitu menikmati perannya saat itu.
Bertepatan dengan bergabungnya dia di remaja masjid, ternyata saat itu ada program baru, yaitu kajian makalah rutin sepekan sekali  yang dipandu oleh seorang ustad yang dokter. Kajian rutin inilah yang nantinya membuat Vhe sangat bersemangat untuk berjilbab, yang kemudian membuatnya melakukan perjuangan keras untuk pertama kalinya.
Perjuangan keras?
Ya…karena tak mudah baginya saat itu mendapat izin dari ayahnya untuk mengenakan jilbab. Alasannya adalah ayahnya tak yakin bahwa putrinya yang baru beranjak remaja itu bisa konsisten dengan keputusannya. Beliau khawatir putrinya akan “plin-plan” dan akhirnya melepas jilbab setelah tak lagi bersemangat. Selain itu, kekhawatiran lain timbul karena beliau mendapat cerita kurang mengenakkan tentang Rohis SMA yang akan menjadi tempat bersekolah putri bungsunya. Jaman dahulu kala, memang Rohis di SMA tempat Vhe bersekolah ini terkenal sangat “strick”. Dari berita yang beredar, tak sedikit siswa anggota Rohis yang pada akhirnya lebih mendengarkan kata “guru ngaji” nya dibandingkan kata orangtuanya. Berdasar itulah, sang ayah melarang keras putrinya yang menurut beliau masih labil itu untuk memakai jilbab saat SMA,dan beliau baru akan mengizinkan ketika putrinya sudah memasuki dunia perkuliahan.
Dengan perjuangan yang cukup melelahkan, karena harus melewati konflik batin dengan ayahnya dalam waktu yang cukup lama, akhirnya saat naik ke bangku kelas 2 SMA, Vhe pun nekat mengenakan jilbab tanpa izin dari ayahnya. Bahkan baju seragam panjang dan jilbab untuk ke sekolah pun ternyata sudah dia siapkan dengan uang hasilnya mengajar les privat. Meskipun tanpa melalui dialog dengan ayahnya, kenekatannya kali ini sudah mendapat izin dari sang ibu, dengan syarat dia tidak boleh mengikuti aktivitas organisasi apapun di sekolah.
Yah…alhasil, masa 3 tahun di SMA, Vhe habiskan tanpa mengikuti satu pun organisasi. Jadi, di sekolahnya saat itu dia hanyalah seorang murid biasa, yang hanya di kenal oleh teman sekelas dan beberapa teman dari kelas lain. Meskipun di sekolah dia bukan seseorang yang aktif di organisasi, berbeda sekali ketika di rumah. Hampir seluruh waktunya setelah pulang dari sekolah dia habiskan untuk mengurus berbagai kegiatan di TPA, Remaja Masjid, dan Karang Taruna. Kegiatan – kegiatan inilah yang nantinya menjadi salah satu motivasinya berkarya ketika di bangku kuliah.

Dulu…awal bersentuhan dengan Tarbiyah…
Dulu ketika SMA, Vhe memimpikan kuliah di jurusan Psikologi UNDIP, namun akhirnya takdir membuatnya “terdampar” di jurusan Gizi Kesehatan UGM.
Yah…di jurusan inilah, dia mulai mengenal tarbiyah, penampilannya ketika itu yang sudah cukup “rapi” dan karakternya yang cukup supel membuatnya mudah dekat dengan beberapa orang temannya yang sudah mengenal tarbiyah jauh sebelum masuk ke dunia perkuliahan. Selain dengan teman sejurusan, Vhe ketika itu juga sangat mudah dekat dengan beberapa kakak angkatan, “mbak – mbak jilbaber” yang begitu ramah dan mempesona, yang ternyata beberapa sudah mengetahui bahwa dia adalah adik dari salah seorang “kader” di fakultas sebelah. Mereka lah yang perlahan tapi pasti mengenalkan Vhe kepada Tarbiyah.
Perjalanan tarbiyah Vhe ini dimulai ketika merasakan asyiknya dibina di forum kecil AAI, yang membuatnya memutuskan untuk melanjutkan pembinaan itu karena merasa kurang jika hanya mengikutinya selama satu semester. Sampai dengan berbagai amanah yang akhirnya dipercayakan kepadanya, semua itu membuat dia begitu menikmati masa – masa berkarya di kampus.
Di awal tahun pertama dia tercatat sebagai staf bidang Kerohanian HIMAGIKA dan staf bidangPSDM KaLAM. Di tahun pertama inilah dengan posisinya sebagai staf di bidang PSDM yang membuat kelak dia begitu mencintai dunia pengembangan sumber daya manusia atau dunia kaderisasi. Memimpikan bisa belajar banyak hal tentang dunia kaderisasi yang kelak bisa dia gunakan untuk mengembangkan organisasi yang dulu dia tekuni, itulah salah satu alasan kuat kenapa dia memilih masuk ke bidang PSDM.
Di dua tahun pertama perkuliahan, Vhe belum mengenal dengan baik, apa sebenarnya Tarbiyah itu. Bahkan ketika dia menjadi seorang Kabid PSDM KaLAM. Berbagai “alur” dia jalani, bukan dengan tidak sadar, bahkan dia sangat sadar bahwa dia sedang mengikuti “alur”. Tak jarang dia bertanya kepada kakaknya tentang hal – hal yang menurutnya janggal. Namun, tak jarang dia dapatkan jawaban, “nanti kalo sudah waktunya, pasti kamu  bakal tau”. Jika sudah mendapatkan jawaban itu, Vhe hanya bisa pasrah, dan karena salah satu sifatnya yang mudah penasaran, akhirnya dia tetap melanjutkan “alur” yang dia jalani.
Ya..Vhe memang adik seorang kader senior UGM, namun kakaknya sama sekali tidak memberikan intervensi apapun dalam proses Tarbiyahnya. Menjadi adik seorang kader senior bukan berarti bisa tau banyak hal, karena kakaknya hanya memantau dan memastikan adiknya melalui proses Tarbiyah yang alami, bukan “karbitan” karena kakaknya yang sudah tau banyak hal. Bahkan pernah kakaknya membiarkan Vhe mengikuti agenda yang diselenggarakan oleh salah satu gerakan di kampus, walaupun dengan senyum – senyum yang agak aneh. Ternyata setelah selesai dari agenda tersebut, Vhe kaget dan malas mengikuti program lanjutannya. Bahkan dia menjadi sangat kapok setelah selalu mendapat sms ajakan yang setengah “memaksa” di tiap pekannya.
Kata – kata khas dari kakaknya itulah yang akhirnya membuat setiap kali Vhe mendapatkan undangan atau di ajak ke agenda tertentu, dia selalu berfikir, “yang penting datang dulu saja lah, nanti disana juga bakal tau sebenarnya itu agenda apa”. Inilah yang mungkin membuatnya terkesan begitu “penurut” dibandingkan yang lain. Dan benar saja, memang tidak semua hal harus kita ketahui secara bersamaan. Banyak hal yang harus menunggu waktu yang tepat dulu untuk kita ketahui, karena akan mempunyai dampak yang kurang baik ketika kita mengetahuinya lebih awal.  
          Berbagai amanah yang dia emban, seperti ketika dia diamanahi sebagai Kabid Pembinaan AAI FK UGM menjadikannya semakin lama semakin memahami jalan tarbiyah yang telah dia pilih ini. Puncaknya ketika dia selama 2 periode diamanahi sebagai Sekretaris PKP AAI UGM, amanah yang membuatnya melihat suatu masalah dalam kacamata yang lebih luas daripada biasanya dan  menuntutnya untuk belajar tentang banyak hal.

Sekarang..di tahun kelima mengenal Tarbiyah…
Ya…sampai saat ini Vhe masih ada di dalam barisan orang – orang Tarbiyah.. #declare
Apalagi setelah dia bertemu dengan seorang ummahat yang begitu luar biasa, ummahat yang mengajarkan kepadanya banyak hal…dia berjanji kepada dirinya sendiri untuk terus melakukan perbaikan di dalam bingkai jamaah Tarbiyah..
Kenapa??
Karena tarbiyah telah membuatnya memahami Islam secara utuh…
Karena tarbiyah telah membuatnya berproses menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya..
Karena tarbiyah telah membuatnya merasakan manfaat yang begitu besar dari tarbiyah itu sendiri..
Karena tarbiyah telah membuatnya bersemangat untuk menebar kebaikan..
Dan karena tarbiyah telah mempertemukannya dengan saudara – saudara seperjuangan yang hebat, yang senantiasa saling menyemangati dalam melakukan kebaikan…
Semoga Allah senantiasa memberikan keistiqomahan untuk tetap memperjuangkan dien Nya, hingga jatah untuk hidup di dunia ini habis…


 Blimbingsari CT IV no 69
30 Juli 2012, 13:05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar