Menceritakan
pengalaman seorang Febrina Dwi Puspitasari atau yang sering disapa “vhe” ini mengenal
tarbiyah rasanya tidak akan lengkap tanpa menceritakan pula kondisinya sebelum
masuk kuliah..
Dulu…jauh
sebelum mengenal kata Tarbiyah…
Dibesarkan di keluarga yang kurang islami membuat kehidupan agamanya
biasa – biasa saja sejak kecil. Aktivitas agama yang rutin hanya TPA,
selebihnya tidak ada. Kondisi ini “diperparah” dengan lingkungan bermain yang
ketika itu memang mayoritas laki – laki, menjadikan Vhe kecil tumbuh menjadi
sosok gadis kecil yang sangat tomboy dan sangat galak. Sejak duduk di bangku
TK, sudah sering terjadi baku hantam
antara dia dan anak laki-laki yang biasanya terjadi karena anak laki – laki itu
menjahili temannya yang perempuan.
Namun, ketomboyan dan kegalakan itu perlahan mulai berkurang. Saat duduk di bangku kelas 3 SMP, bertepatan
dengan kakaknya (yang sebelumnya sangat aktif ikut organisasi di kampung)
diterima kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Vhe memutuskan untuk
mengambil bagian menjadi guru TPA di masjid di dekat rumahnya. Tak hanya itu,
akhirnya dia pun memutuskan untuk mengikuti remaja masjid dan karang taruna
yang ada di kampungnya. Awalnya, dia memang ikut hanya karena wejangan dari orang
tuanya untuk menggantikan kakaknya yang sudah tidak bisa aktif lagi, tapi
ternyata dia begitu menikmati perannya saat itu.
Bertepatan dengan bergabungnya dia di remaja masjid, ternyata saat itu
ada program baru, yaitu kajian makalah rutin sepekan sekali yang dipandu oleh seorang ustad yang dokter.
Kajian rutin inilah yang nantinya membuat Vhe sangat bersemangat untuk
berjilbab, yang kemudian membuatnya melakukan perjuangan keras untuk pertama
kalinya.
Perjuangan
keras?
Ya…karena tak mudah baginya saat itu mendapat izin dari ayahnya untuk
mengenakan jilbab. Alasannya adalah ayahnya tak yakin bahwa putrinya yang baru
beranjak remaja itu bisa konsisten dengan keputusannya. Beliau khawatir
putrinya akan “plin-plan” dan akhirnya melepas jilbab setelah tak lagi
bersemangat. Selain itu, kekhawatiran lain timbul karena beliau mendapat cerita
kurang mengenakkan tentang Rohis SMA yang akan menjadi tempat bersekolah putri
bungsunya. Jaman dahulu kala, memang Rohis di SMA tempat Vhe bersekolah ini
terkenal sangat “strick”. Dari berita yang beredar, tak sedikit siswa anggota
Rohis yang pada akhirnya lebih mendengarkan kata “guru ngaji” nya dibandingkan
kata orangtuanya. Berdasar itulah, sang ayah melarang keras putrinya yang
menurut beliau masih labil itu untuk memakai jilbab saat SMA,dan beliau baru
akan mengizinkan ketika putrinya sudah memasuki dunia perkuliahan.
Dengan perjuangan yang cukup melelahkan, karena harus melewati konflik
batin dengan ayahnya dalam waktu yang cukup lama, akhirnya saat naik ke bangku
kelas 2 SMA, Vhe pun nekat mengenakan jilbab tanpa izin dari ayahnya. Bahkan
baju seragam panjang dan jilbab untuk ke sekolah pun ternyata sudah dia siapkan
dengan uang hasilnya mengajar les privat. Meskipun tanpa melalui dialog dengan
ayahnya, kenekatannya kali ini sudah mendapat izin dari sang ibu, dengan syarat
dia tidak boleh mengikuti aktivitas organisasi apapun di sekolah.
Yah…alhasil, masa 3 tahun di SMA, Vhe habiskan tanpa mengikuti satu pun
organisasi. Jadi, di sekolahnya saat itu dia hanyalah seorang murid biasa, yang
hanya di kenal oleh teman sekelas dan beberapa teman dari kelas lain. Meskipun
di sekolah dia bukan seseorang yang aktif di organisasi, berbeda sekali ketika
di rumah. Hampir seluruh waktunya setelah pulang dari sekolah dia habiskan
untuk mengurus berbagai kegiatan di TPA, Remaja Masjid, dan Karang Taruna.
Kegiatan – kegiatan inilah yang nantinya menjadi salah satu motivasinya
berkarya ketika di bangku kuliah.
Dulu…awal
bersentuhan dengan Tarbiyah…
Dulu ketika SMA, Vhe memimpikan kuliah di jurusan Psikologi UNDIP, namun
akhirnya takdir membuatnya “terdampar” di jurusan Gizi Kesehatan UGM.
Yah…di jurusan inilah, dia mulai mengenal tarbiyah, penampilannya ketika
itu yang sudah cukup “rapi” dan karakternya yang cukup supel membuatnya mudah
dekat dengan beberapa orang temannya yang sudah mengenal tarbiyah jauh sebelum
masuk ke dunia perkuliahan. Selain dengan teman sejurusan, Vhe ketika itu juga
sangat mudah dekat dengan beberapa kakak angkatan, “mbak – mbak jilbaber” yang begitu
ramah dan mempesona, yang ternyata beberapa sudah mengetahui bahwa dia adalah
adik dari salah seorang “kader” di fakultas sebelah. Mereka lah yang perlahan
tapi pasti mengenalkan Vhe kepada Tarbiyah.
Perjalanan tarbiyah Vhe ini dimulai ketika merasakan asyiknya dibina di
forum kecil AAI, yang membuatnya memutuskan untuk melanjutkan pembinaan itu
karena merasa kurang jika hanya mengikutinya selama satu semester. Sampai
dengan berbagai amanah yang akhirnya dipercayakan kepadanya, semua itu membuat
dia begitu menikmati masa – masa berkarya di kampus.
Di awal tahun pertama dia tercatat sebagai staf bidang Kerohanian
HIMAGIKA dan staf bidangPSDM KaLAM. Di tahun pertama inilah dengan posisinya
sebagai staf di bidang PSDM yang membuat kelak dia begitu mencintai dunia
pengembangan sumber daya manusia atau dunia kaderisasi. Memimpikan bisa belajar
banyak hal tentang dunia kaderisasi yang kelak bisa dia gunakan untuk
mengembangkan organisasi yang dulu dia tekuni, itulah salah satu alasan kuat
kenapa dia memilih masuk ke bidang PSDM.
Di dua tahun pertama perkuliahan, Vhe belum mengenal dengan baik, apa
sebenarnya Tarbiyah itu. Bahkan ketika dia menjadi seorang Kabid PSDM KaLAM. Berbagai
“alur” dia jalani, bukan dengan tidak sadar, bahkan dia sangat sadar bahwa dia
sedang mengikuti “alur”. Tak jarang dia bertanya kepada kakaknya tentang hal –
hal yang menurutnya janggal. Namun, tak jarang dia dapatkan jawaban, “nanti
kalo sudah waktunya, pasti kamu bakal
tau”. Jika sudah mendapatkan jawaban itu, Vhe hanya bisa pasrah, dan karena
salah satu sifatnya yang mudah penasaran, akhirnya dia tetap melanjutkan “alur”
yang dia jalani.
Ya..Vhe memang adik seorang kader senior UGM, namun kakaknya sama sekali
tidak memberikan intervensi apapun dalam proses Tarbiyahnya. Menjadi adik
seorang kader senior bukan berarti bisa tau banyak hal, karena kakaknya hanya
memantau dan memastikan adiknya melalui proses Tarbiyah yang alami, bukan
“karbitan” karena kakaknya yang sudah tau banyak hal. Bahkan pernah kakaknya
membiarkan Vhe mengikuti agenda yang diselenggarakan oleh salah satu gerakan di
kampus, walaupun dengan senyum – senyum yang agak aneh. Ternyata setelah
selesai dari agenda tersebut, Vhe kaget dan malas mengikuti program
lanjutannya. Bahkan dia menjadi sangat kapok setelah selalu mendapat sms ajakan
yang setengah “memaksa” di tiap pekannya.
Kata – kata khas dari kakaknya itulah yang akhirnya membuat setiap kali
Vhe mendapatkan undangan atau di ajak ke agenda tertentu, dia selalu berfikir,
“yang penting datang dulu saja lah, nanti disana juga bakal tau sebenarnya itu
agenda apa”. Inilah yang mungkin membuatnya terkesan begitu “penurut”
dibandingkan yang lain. Dan benar saja, memang tidak semua hal harus kita
ketahui secara bersamaan. Banyak hal yang harus menunggu waktu yang tepat dulu
untuk kita ketahui, karena akan mempunyai dampak yang kurang baik ketika kita
mengetahuinya lebih awal.
Berbagai amanah yang dia emban,
seperti ketika dia diamanahi sebagai Kabid Pembinaan AAI FK UGM menjadikannya
semakin lama semakin memahami jalan tarbiyah yang telah dia pilih ini.
Puncaknya ketika dia selama 2 periode diamanahi sebagai Sekretaris PKP AAI UGM,
amanah yang membuatnya melihat suatu masalah dalam kacamata yang lebih luas
daripada biasanya dan menuntutnya untuk
belajar tentang banyak hal.
Sekarang..di
tahun kelima mengenal Tarbiyah…
Ya…sampai saat
ini Vhe masih ada di dalam barisan orang – orang Tarbiyah.. #declare
Apalagi setelah
dia bertemu dengan seorang ummahat yang begitu luar biasa, ummahat yang
mengajarkan kepadanya banyak hal…dia berjanji kepada dirinya sendiri untuk
terus melakukan perbaikan di dalam bingkai jamaah Tarbiyah..
Kenapa??
Karena tarbiyah
telah membuatnya memahami Islam secara utuh…
Karena tarbiyah
telah membuatnya berproses menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya..
Karena tarbiyah
telah membuatnya merasakan manfaat yang begitu besar dari tarbiyah itu
sendiri..
Karena tarbiyah
telah membuatnya bersemangat untuk menebar kebaikan..
Dan karena
tarbiyah telah mempertemukannya dengan saudara – saudara seperjuangan yang
hebat, yang senantiasa saling menyemangati dalam melakukan kebaikan…
Semoga Allah
senantiasa memberikan keistiqomahan untuk tetap memperjuangkan dien Nya, hingga
jatah untuk hidup di dunia ini habis…
Blimbingsari CT IV no 69
30 Juli 2012, 13:05
30 Juli 2012, 13:05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar